Jumat, 30 September 2022

Mengalami Perjumpaan dengan Tuhan (Lukas 19:1-10)




Mengalami Perjumpaan dengan Tuhan

Lukas 19:1-10

Kisah perjumpaan Zakheus dengan Yesus hanya dicatat dalam Injil Lukas. Injil Matius, Markus dan Yohanes tidak memuat kisah ini. Itu tidak berarti bahwa kita boleh meragukan kebenaran kisah ini. Yohanes menyebutkan bahwa ada begitu banyak tanda (karya) yang dilakukan Yesus namun tidak semuanya tercatat dalam tulisannya (Yohanes 20:30 dan 21:25). Jadi, sangat bisa dipahami bila kisah Zakheus tidak ada di Injil Yohanes dan Injil yang lain.

Lukas tentu memiliki kesan tersendiri atas peristiwa perjumpaan Zakheus dengan Tuhan Yesus, sehingga ia mencatat hal ini dalam kesaksiannya. Perjumpaan Zakheus dengan Tuhan Yesus adalah peristiwa yang istimewa.

 

Semula, Zakheus hanya ingin melihat seperti apa Yesus itu. Keinginannya sangat besar sehingga ia berusaha keras untuk bisa melihat Yesus. Dalam kerumunan orang banyak, ia tidak berhasil melihat Yesus, karena itu ia berlari “mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus”. Zakheus, kepala pemungut cukai, orang yang mempunyai kedudukan dalam masyarakat, mau memanjat pohon ara hanya untuk melihat Yesus. Ia tidak memikirkan bagaimana tanggapan orang bila melihat perbuatannya itu. Ia tidak peduli meskipun mungkin akan di-bully, “wong tuwa kelakuane kaya bocah”.

 

Tuhan Yesus rupanya tahu apa yang dilakukan Zakheus dan isi hatinya. Tuhan Yesus menghampiri Zakheus dan menyapanya. Tuhan Yesus bahkan mengatakan bahwa Ia akan menumpang di rumah Zakheus. Alkitab bahasa Yunani menggunakan kata μείναι yang artinya tinggal, LAI menerjemahkannya menumpang. Yesus mengatakan bahwa Ia ingin tinggal sementara waktu di rumah Zakheus. Pernyataan Tuhan Yesus mengejutkan banyak orang, namun Zakheus menyambutnya dengan sukacita.

 

Meskipun orang banyak tidak berhenti bersungut-sungut dan menghakimi “Ia menumpang di rumah orang berdosa” (ayat 7), namun Yesus tetap teguh dengan pendirian-Nya “untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang” (ayat 10). Apa yang dilakukan Tuhan Yesus telah menyentuh Zakheus pada hatinya yang terdalam. Zakheus yang selama ini banyak dibenci dan tidak disukai, kini merasakan indahnya dicintai. Cinta dan perhatian Tuhan Yesus menolongnya untuk berubah. Tanpa diminta dan tanpa dipaksa, Zakheus menyatakan komitmennya untuk membagikan hartanya kepada orang miskin. Bahkan Zakheus mau menanggung konsekwensi atas kesalahan yang mungkin pernah diperbuatnya di masa lalu. Ini menjadi bukti kesungguhan Zakheus untuk berubah menjadi lebih baik.

 

Perjumpaan Zakheus dengan Tuhan Yesus membuahkan berkat bukan hanya bagi pribadi Zakheus, tetapi juga untuk keluarganya dan orang-orang di sekitarnya. Tuhan Yesus berkata, “Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini…”. Kata rumah tentunya tidak menunjuk pada sebuah bangunan, tetapi menunjuk pada keluarga yang tinggal dalam rumah itu. Zakheus menjadi berkat bagi keluarganya. Selain itu, komitmen Zakheus untuk membagikan hartanya kepada orang-orang miskin dan mengganti kerugian mereka yang pernah diperasnya merupakan berkat bagi masyarakat di sekitarnya.

 

REFLEKSI  DIRI

Dalam hidup sehari-hari kita senantiasa mengalami perjumpaan demi perjumpaan. Baik perjumpaan dengan sesama manusia, perjumpaan dengan keadaan, peristiwa maupun persoalan hidup. Namun seringkali perjumpaan-perjumpaan itu berakhir tanpa makna. Begitu pun perjumpaan kita dengan Tuhan, baik secara pribadi maupun bersama dalam sebuah komunitas. Perjumpaan melalui doa, persekutuan ibadah atau kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan terkadang seperti tidak menghasilkan apa-apa.

Melalui kesaksian Injil Lukas 19:1-10 kita diajak untuk belajar menghayati perjumpaan kita dengan Tuhan, sehingga kita menemukan makna hidup yang sesungguhnya. Dimana kita menemukan diri kita berada dalam persekutuan dengan Tuhan dan sesama. Sehingga kita menyadari arti dicintai untuk mencintai. Sejatinya, Tuhan lebih dulu mencintai kita agar kita terus belajar mencintai Tuhan dan sesama.

 

 

PENDALAMAN

Kisah Zakheus adalah kisah tentang perubahan hidup. Zakheus yang tidak disukai banyak orang, menjadikan dirinya dan keluarganya seolah terasing dari masyarakat. Hidup bergelimang harta tetapi miskin cinta. Namun perjumpaannya dengan Tuhan Yesus telah mengubah  dan memperbaiki  hidupnya.

 

Melalui kesaksian Injil Lukas 19:1-10 kita diajak untuk belajar menghayati perjumpaan kita dengan Tuhan, sehingga kita menemukan makna hidup yang sesungguhnya. Dimana kita menemukan diri kita berada dalam persekutuan dengan Tuhan dan sesama. Sehingga kita menyadari arti dicintai untuk mencintai. Sejatinya, Tuhan lebih dulu mencintai kita agar kita terus belajar mencintai Tuhan dan sesama.

 

APAKAH  KITA  SEBAGAI  PENGIKUT KRISTUS  TELAH  MENGALAMI  PERJUMPAAN  YANG MENGUBAHKAN  SEPERTI  YANG TERJADI PADA  DIRI  ZAKHEUS?

BAGAIMANAKAH  TANGGAPAN  KITA  TERHADAP  HAL INI?   (LES)