Mengalami Perjumpaan dengan Tuhan
Lukas 19:1-10
Kisah perjumpaan
Zakheus dengan Yesus hanya dicatat dalam Injil Lukas. Injil Matius, Markus dan
Yohanes tidak memuat kisah ini. Itu tidak berarti bahwa kita boleh meragukan
kebenaran kisah ini. Yohanes menyebutkan bahwa ada begitu banyak tanda (karya)
yang dilakukan Yesus namun tidak semuanya tercatat dalam tulisannya (Yohanes
20:30 dan 21:25). Jadi, sangat bisa dipahami bila kisah Zakheus tidak ada di
Injil Yohanes dan Injil yang lain.
Lukas tentu memiliki
kesan tersendiri atas peristiwa perjumpaan Zakheus dengan Tuhan Yesus, sehingga
ia mencatat hal ini dalam kesaksiannya. Perjumpaan Zakheus dengan Tuhan Yesus
adalah peristiwa yang istimewa.
Semula, Zakheus hanya
ingin melihat seperti apa Yesus itu. Keinginannya sangat besar sehingga ia
berusaha keras untuk bisa melihat Yesus. Dalam kerumunan orang banyak, ia tidak
berhasil melihat Yesus, karena itu ia berlari “mendahului orang banyak, lalu
memanjat pohon ara untuk melihat Yesus”. Zakheus, kepala pemungut cukai,
orang yang mempunyai kedudukan dalam masyarakat, mau memanjat pohon ara hanya
untuk melihat Yesus. Ia tidak memikirkan bagaimana tanggapan orang bila melihat
perbuatannya itu. Ia tidak peduli meskipun mungkin akan di-bully, “wong
tuwa kelakuane kaya bocah”.
Tuhan Yesus rupanya
tahu apa yang dilakukan Zakheus dan isi hatinya. Tuhan Yesus menghampiri
Zakheus dan menyapanya. Tuhan Yesus bahkan mengatakan bahwa Ia akan menumpang
di rumah Zakheus. Alkitab bahasa Yunani menggunakan kata μείναι yang
artinya tinggal, LAI menerjemahkannya menumpang. Yesus mengatakan bahwa Ia
ingin tinggal sementara waktu di rumah Zakheus. Pernyataan Tuhan Yesus
mengejutkan banyak orang, namun Zakheus menyambutnya dengan sukacita.
Meskipun orang banyak
tidak berhenti bersungut-sungut dan menghakimi “Ia menumpang di rumah orang
berdosa” (ayat 7), namun Yesus tetap teguh dengan pendirian-Nya “untuk
mencari dan menyelamatkan yang hilang” (ayat 10). Apa yang dilakukan Tuhan
Yesus telah menyentuh Zakheus pada hatinya yang terdalam. Zakheus yang selama
ini banyak dibenci dan tidak disukai, kini merasakan indahnya dicintai. Cinta
dan perhatian Tuhan Yesus menolongnya untuk berubah. Tanpa diminta dan tanpa
dipaksa, Zakheus menyatakan komitmennya untuk membagikan hartanya kepada orang
miskin. Bahkan Zakheus mau menanggung konsekwensi atas kesalahan yang mungkin
pernah diperbuatnya di masa lalu. Ini menjadi bukti kesungguhan Zakheus untuk
berubah menjadi lebih baik.
Perjumpaan Zakheus
dengan Tuhan Yesus membuahkan berkat bukan hanya bagi pribadi Zakheus, tetapi
juga untuk keluarganya dan orang-orang di sekitarnya. Tuhan Yesus berkata, “Hari
ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini…”. Kata rumah tentunya tidak
menunjuk pada sebuah bangunan, tetapi menunjuk pada keluarga yang tinggal dalam
rumah itu. Zakheus menjadi berkat bagi keluarganya. Selain itu, komitmen
Zakheus untuk membagikan hartanya kepada orang-orang miskin dan mengganti
kerugian mereka yang pernah diperasnya merupakan berkat bagi masyarakat di
sekitarnya.
REFLEKSI DIRI
Dalam hidup
sehari-hari kita senantiasa mengalami perjumpaan demi perjumpaan. Baik
perjumpaan dengan sesama manusia, perjumpaan dengan keadaan, peristiwa maupun
persoalan hidup. Namun seringkali perjumpaan-perjumpaan itu berakhir tanpa
makna. Begitu pun perjumpaan kita dengan Tuhan, baik secara pribadi maupun
bersama dalam sebuah komunitas. Perjumpaan melalui doa, persekutuan ibadah atau
kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan terkadang seperti tidak menghasilkan
apa-apa.
Melalui kesaksian
Injil Lukas 19:1-10 kita diajak untuk belajar menghayati perjumpaan kita dengan
Tuhan, sehingga kita menemukan makna hidup yang sesungguhnya. Dimana kita
menemukan diri kita berada dalam persekutuan dengan Tuhan dan sesama. Sehingga
kita menyadari arti dicintai untuk mencintai. Sejatinya, Tuhan lebih dulu
mencintai kita agar kita terus belajar mencintai Tuhan dan sesama.
PENDALAMAN
Kisah Zakheus adalah
kisah tentang perubahan hidup. Zakheus yang tidak disukai banyak orang,
menjadikan dirinya dan keluarganya seolah terasing dari masyarakat. Hidup
bergelimang harta tetapi miskin cinta. Namun perjumpaannya dengan Tuhan Yesus
telah mengubah dan memperbaiki hidupnya.
Melalui kesaksian
Injil Lukas 19:1-10 kita diajak untuk belajar menghayati perjumpaan kita dengan
Tuhan, sehingga kita menemukan makna hidup yang sesungguhnya. Dimana kita
menemukan diri kita berada dalam persekutuan dengan Tuhan dan sesama. Sehingga
kita menyadari arti dicintai untuk mencintai. Sejatinya, Tuhan lebih dulu
mencintai kita agar kita terus belajar mencintai Tuhan dan sesama.
APAKAH KITA
SEBAGAI PENGIKUT KRISTUS TELAH
MENGALAMI PERJUMPAAN YANG MENGUBAHKAN SEPERTI
YANG TERJADI PADA DIRI ZAKHEUS?
BAGAIMANAKAH TANGGAPAN
KITA TERHADAP HAL INI? (LES)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar