Minggu, 11 Desember 2022

“Berbahagialah orang yang tidak menolak Aku.

 

Renungan  Minggu  Adven III

1.      Pembukaan (Doa)

 


2.      Pujian KJ. 99

1. Gita sorga bergema, "Lahir Raja mulia!
Damai dan sejahtera turun dalam dunia."
Bangsa-bangsa, bangkitlah dan bersoraklah serta,
Permaklumkan Kabar Baik; Lahir Kristus, T'rang ajaib!
Gita sorga bergema, "Lahir Raja mulia!"

.

2. Yang di sorga disembah Kristus, Raja yang baka,
lahir dalam dunia dan Maria bundaNya.
Dalam daging dikenal Firman Allah yang kekal;
dalam Anak yang kecil nyatalah Imanuel!
Gita sorga bergema, "Lahir Raja mulia!"

.

3. Raja Damai yang besar, Suraya Hidup yang benar,
menyembuhkan dunia di naungan sayapNya,
tak memandang diriNya, bahkan maut dit'rimaNya,
lahir untuk memberi hidup baru abadi!
Gita sorga bergema, "Lahir Raja mulia!"

 

3.      Membaca   (Matius 11: 2 – 11)

 

11:2 Di dalam penjara q  Yohanes r  mendengar tentang pekerjaan Kristus, 11:3 lalu menyuruh murid-muridnya bertanya kepada-Nya: "Engkaukah yang akan datang itu s  atau haruskah kami menantikan orang lain?" 11:4 Yesus menjawab mereka: "Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu dengar dan kamu lihat: 11:5 orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin t  diberitakan kabar baik. 11:6 Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku. u " 11:7 Setelah murid-murid Yohanes 1  v  pergi, mulailah Yesus berbicara kepada orang banyak itu tentang Yohanes: "Untuk apakah kamu pergi ke padang gurun? w  Melihat buluh yang digoyangkan angin kian ke mari? 11:8 Atau untuk apakah kamu pergi? Melihat orang yang berpakaian halus? Orang yang berpakaian halus itu tempatnya di istana raja. 11:9 Jadi untuk apakah kamu pergi? Melihat nabi? x  Benar, dan Aku berkata kepadamu, bahkan lebih dari pada nabi. 11:10 Karena tentang dia ada tertulis: Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, y  ia akan mempersiapkan jalan-Mu di hadapan-Mu. z  11:11 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar 2  dari pada Yohanes Pembaptis, namun yang terkecil dalam Kerajaan Sorga lebih besar dari padanya.

Matius 11: 2 – 11

 

4.      Pujian KJ  109

1. Hai mari, berhimpun dan bersukaria!
Hai mari semua ke Betlehem!
Lihat yang lahir, Raja Balasorga!
Sembah dan puji Dia, sembah dan puji Dia,
Sembah dan puji Dia, Tuhanmu!

.

2. Terang yang ilahi, Allah yang sejati,
t'lah turun menjadi manusia.
Allah sendiri dalam rupa insan!
Sembah dan puji Dia, Tuhanmu!

 

5.      RENUNGAN:

 

Minggu adven ke-3 biasa disebut sebagai Gaudete Sunday yang melambangkan minggu suka cita. Bersamaan dengan itu lilin adven ke-3 yang menyala adalah warna merah muda (pink). Kesukacitaan mulai memancar di minggu penantian yang ketiga, namun sekalipun demikian

 

Peziarahaan kita untuk menyambut kedatangan sang Emanuel sudah dekat. Saat ini kita memasuki minggu Adven III. Warna lilin Adven pun bukan lagi warna ungu melainkan merah mudah. Sebab, semakin mendekati masa natal, suasana hati kita adalah bahagia dan sukacita. Natal adalah puncak dari pengharapan kita yang penuh suka cita itu. Maka, sabda Tuhan yang kita renungkan pun diwarnai dan dikemas dengan suasana bahagia dan sukacita dan penuh pengharapan; bukan bernada penghakiman atau ketakutan.

 

Nabi Yesaya, dalam bacaan I (Yesaya 35:1-10), dengan sangat indah melukiskan tanda-tanda orang selalu berpengharapan akan kedatangan-Nya. Ia datang bukan untuk membinasakan ciptaan-Nya, melainkan menyelamatkannya. Dasar pengharapan itu adalah keyakinan bahwa Allah itu maha belas kasih. Pengharapan itu melahirkan sukacita dan kebahagiaan, bukan saja bagi manusia tapi juga seluruh alam semesta. Sebagaimana diungkapkan oleh nabi Yesaya, “Padang gurun dan padang kering akan bergirang, padang belantara akan bersorak-sorak dan berbunga (35:1)”. 

 

Pada waktu itu orang lumpuh akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai (35:6). Hal ini menunjukkan juga bahwa rahmat keselamatan Allah itu bukan saja untuk manusia tetapi juga alam ini. Keselamatan Allah itu universal sifatnya. Allah datang untuk melawat umat-Nya. Kedatangan Allah secara penuh hadir dalam dan melalui Yesus Kristus. Dialah puncak keselamatan itu. Dialah tujuan pengharapan kita, orang Kristiani.

 

Dalam Injil yang kita renungkan hari minggu Adven III ini, Matius 11:2-11… Yesus tidak menyatakan kepada murid Yohanes bahwa Dia yang dinantikan oleh umat manusia, yang diwakili oleh bangsa Israel. Yesus hanya menunjukkan apa yang Ia sudah lakukan. Kedatangan Yesus menghadirkan wajah sukacita bagi mereka yang berharap kepada-Nya. Sebagaimana dalam bacaan I, Injil juga melukiskan bagaimana rahmat Allah itu bekerja dalam diri manusia. Rahmat Allah tidak pernah mengecewakan manusia, namun justru merasa  terhibur. Ia datang untuk membebaskan umat-Nya, sehingga “orang buta melihat, orang bisa berbicara, orang lumpuh bisa berjalan, orang mati dibangkitkan dan orang miskin diberikan kabar baik.” Inilah tanda-tanda nyata kehadiran Allah. Kerajaan Allah ada di tengah-tengah umat manusia. Inilah zaman baru, di mana Mesias (Yesus) meraja atas bumi.

 

Namun, Ia tidak mau mengembar-gembor bahwa Dia-lah Mesias yang dinantikan itu. Ke-Mesias-an itu bukanlah suatu produk yang mesti diiklankan agar laris terjual. Yesus tidak menuntut kepada murid Yohanes agar mereka percaya kepada-Nya. Pewartaan Yohanes tentang Yesus sebenarnya sudah cukup bagi mereka untuk percaya kepada Yesus. Sebab, kedatangan Yohanes membuka dan mempersiapkan jalan bagi kedatangan-Nya.

 

“Berbahagialah orang yang tidak menolak Aku.” Ungkapan ini kiranya buka saja ditujukan kepada murid-murid Yohanes, tetapi juga kepada kita semua yang selalu merenungkan sabda Yesus. Sabda Tuhan yang selalu kita renungkan adalah kekuatan dan air yang segar bagi kita agar iman kita akan Dia semakin bertumbuh subur. Iman itu pun modal bagi kita untuk memberikan kesaksian akan kebaikan Allah, dan bukan untuk memegahkan diri di hadapan sesama. Sebagaimana Yesus, Ia selalu menunjukkan bahwa diri-Nya sungguh Mesias…. Oleh sebab itu…  Jangan bimbang dan Ragu. DIALAN  PENYELAMAT  KITA  YANG  SEJATI . AMIN.

 

6.      PERSEMBAHAN

1. Yesus memanggil, "Mari seg'ra!" Ikutlah jalan s'lamat baka;
jangan sesat, dengar sabdaNya, "Hai marilah seg'ra!"

Reff:

Sungguh, nanti kita 'kan senang, bebas dosa hati pun tent'ram
Bersama Yesus dalam terang di rumah yang kekal.

2. Hai marilah, kecil dan besar, biar hatimu girang benar.
Pilihlah Yesus jangan gentar. Hai mari datanglah!

Reff:

Sungguh, nanti kita 'kan senang, bebas dosa hati pun tent'ram
Bersama Yesus dalam terang di rumah yang kekal.

 

7.      DOA SYAFAAT  &  PENUTUP

By  LES

 

Senin, 14 November 2022

Sarasehan: Menyambut ADVEN & NATAL 2022


(1).Makna Kemuliaan dalam Alkitab

Kata "kemuliaan" mempunyai banyak makna. Kata ini dalam Alkitab merujuk pada 3 hal, yaitu kemuliaan alam, manusia dan Allah. Kemuliaan yang merujuk pada alam dapat kita lihat misalnya Maz. 19: 2-3; 138:5; Yes. 35:2; 60:13; 1 Kor. 15:41.

Adapun yang merujuk pada manusia biasanya mengacu pada sejumlah manifestasi eksternal dan kondisi seperti posisi/ jabatan, harta, kelimpahan, kekuatan, atau panjang umur, juga mengacu pada aspek karakter internal dan kondisi yang melekat pada sifat manusia (Kej. 31:1; Kej. 45:13; Kej. 31:1; Bil 27:20; 1 Sam. 4:18; Maz. 21:6; Amsal 20:29).

Sedangkan kemuliaan yang merujuk kepada Allah berbicara tentang kemuliaan yang Allah miliki dan juga pengakuan akan kemuliaan Allah, misalnya Kel. 15:7; Kel. 16:10; Maz. 145: 11-12; Maz. 79:9.

Kemuliaan Allah tersebut merupakan manifestasi eksternal dari keberadaan-Nya, yang muncul (Kel. 16:10), terungkap (Yes. 40:5), atau dapat dilihat oleh manusia (Bil. 14:22).

Kemuliaan yang tampak tersebut bersumber dari yang internal, yang terdalam ada dalam diri Allah yang pada hakikatnya adalah mulia (Kel. 33:18-23).

Dalam sejarah keselamatan kita melihat bagaimana Allah yang Maha Mulia menyatakan kemuliaan-Nya (Kavod – bhs. Ibrani) melalui kehadiran-Nya (Shekinah – bhs. Ibrani) di sepanjang perjalanan kehidupan bangsa Israel. Kata kemuliaan juga mengandung makna keindahan, keagungan, semarak (kata Ibrani: Hadar - Maz. 12:6).

Padanan kata Ibrani Kavod dalam bahasa Yunani ialah Doxa, yang arti harfiah adalah "pendapat, reputasi". Dalam pemakaiannya di Alkitab Perjanjian Baru kata ini digunakan dalam makna "kemuliaan/ glory" (Luk. 2:9).

 

(2). Kemuliaan Manusia Natal

Kemuliaan Allah dalam Perjanjian Lama selalu dikaitkan dengan sosok yang hebat, yang dapat memunculkan hal-hal yang menakjubkan dan kekuatan yang luar biasa. Kemuliaan yang seperti itu hanya dapat dilihat dan dirasakan oleh orang-orang tertentu saja, misalnya para nabi. Selain itu, kemuliaan Tuhan juga menampakkan sesuatu yang mendatangkan kengerian (Ul. Masa Adven Natal 2022 3 5:24). Dalam semua itu sebenarnya kemuliaan Allah merupakan sebuah bukti kehadiran-Nya di tengah umat-Nya.

Kehadiran Allah ("Shekinah”) tersebut mencapai puncaknya melalui kehadiran Yesus Kristus. Ia adalah inkarnasi Allah di bumi. Ia adalah Manusia Natal. Allah yang Mahatinggi telah berkenan turun ke dalam dunia demi keselamatan manusia. Di dalam inkarnasi tersebut kita bisa melihat kemuliaan dan keagungan Allah yang berpusat pada kasih. Melalui kelahiran dan kehadiran Yesus Kristus ke dalam dunia, kita menjadi bisa mengenal Allah secara lebih dekat. Tuhan Yesus berkata, "Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa" (Yoh. 14:9b; Yoh. 1:14). Ibrani 1:3 menyatakan, “Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kuasa.”

Yang menarik atau unik dari kemuliaan Allah dalam inkarnasi-Nya sebagai manusia natal adalah bahwa kemuliaan tersebut adalah dalam perendahandiri-Nya. Filipi 2: 6-8 menyatakan, Yesus Kristus “yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.”

Istilah “dalam” (rupa Allah) berasal dari kata Yunani huparchon, artinya “menjadi ada” atau “keberadaan”. Kata tersebut memiliki bentuk partisipel yang berarti “Kristus itu dahulu ada di masa lampau dan terus menunjukkan keberadaannya di masa kini.”

Jadi, sebelum logos/firman itu menjadi manusia, maka Ia adalah Allah. Dan setelah logos (firman) itu menjadi manusia, Dia pun tetap Allah. Namun keberadaan-Nya sebagai Allah itu tidak berusaha untuk dipertahankan, tapi Ia rela mengosongkan diri-Nya, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.

 

Kata “mengosongkan diri” (kenosis) berasal dari kata Yunani “ekenoken,” dari kata kerja “keneo,” artinya “mengosongkan.” Kata tersebut mempunyai arti “membuat dirinya sendiri menjadi seakan tidak punya apa-apa”. Kata tersebut tidak berarti “bukan sama sekali tidak memiliki apa-apa 4 Masa Adven Natal 2022 lagi.”

Dengan demikian, sifat-sifat Ilahi itu masih ada dalam diri Yesus, tetapi Ia tidak mempergunakan sifat itu, termasuk manifestasi kemuliaan yang menyertainya. Ia menahannya sehingga manusia tidak dapat melihatnya. Yesus Kristus adalah tetap Allah, tetapi Allah incognito (without being known, tanpa dikenal/diketahui atau dalam penyamaran /in disguise atau dengan identitas yang tersembunyi/with identity concealed).

Dengan kata lain, Yesus Kristus tidak memperlihatkan sifat keilahian-Nya. Allah menjadi manusia terjadi karena Dia tidak memanifestasikan keilahian[1]Nya, namun demikian sifat keilahian dan kemuliaan-Nya tetap ada. Di dalam diri Yesus “berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan" (Kolose 1:19, 2:9).

Oleh karena itu wajar ketika Ia melakukan banyak mujizat (Mat. 11:1-5). Dalam proses yang seperti itulah yang menjadikan Yesus bisa dilahirkan menjadi “sama seperti manusia” serta merasakan pengalaman hidup manusia. Bahkan, “…dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati bahkan sampai mati di kayu salib” (Fil. 2:8).

Dalam konteks Masa Adven, kita diajak untuk tidak lagi hanya menantikan Yesus Kristus sebagai seorang manusia belaka, melainkan "penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juru Selamat kita

Yesus Kristus" (Tit. 2:13, 2 Pet 1:1). Yesus Kristus adalah Alfa dan Omega, yang pertama dan yang terkemudian. Yesus Kristus, Sang Pribadi, tidak pernah memiliki awal. Ia adalah Realitas absolut.

Ia memiliki kehormatan yang tidak tertandingi dan kemuliaan yang unik sebagai yang pertama ada dan selalu ada.

 

(3). Implikasi Kemuliaan Manusia Natal

Dari uraian di atas kita mendapati bahwa makna kemuliaan dalam konteks inkarnasi Allah adalah bahwa kemuliaan itu ada dalam kesederhanaan, yaitu dalam peristiwa kelahiran Yesus Kristus. Ini hendak mengingatkan kita bahwa hal yang paling utama dari kemuliaan dalam hidup ini bukanlah dari apa yang tampak secara lahiriah tetapi yang ada di dalam hati manusia yang memancarkan kemuliaan Tuhan. Yesus Kristus telah memberikan teladan kepada kita bahwa kemuliaan itu tidak perlu ditonjol[1]tonjolkan, tidak perlu didemonstrasikan.

Dalam Masa Adven Natal ini kita pun diajak untuk melihat dan menikmati kemuliaan yang sudah Allah nyatakan dalam diri Tuhan Yesus Kristus. Kemuliaan yang ada pada Yesus, yang melekat pada-Nya, yang terpancar dari diri-Nya dan yang berlaku pada-Nya adalah kemuliaan Allah.

Melalui Yesus Kristus kita dapat melihat seperti apakah Allah itu. Yohanes 1:14 menyatakan, “… dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa. Kata “melihat” dalam ayat tersebut berasal dari kata Yunani “theasthai”, artinya “melihat dengan mata kepala’, bukan melihat secara rohani atau dengan mata iman.

Jadi,  jika  ada orang yang melihat  Yesus dengan  tanpa  mata iman pun akan  mengakui bahwa Yesus bukanlah manusia biasa. Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan (Mat. 11:5).

Yesus Kristus adalah Imanuel: Allah menyertai kita (Mat. 1:23). Lambang pemerintahan ada di atas bahunya. “Namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. ... karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran.” (Yes. 9:6-7).

Kemuliaan yang Kristus miliki tersebut bukan untuk diri[1]Nya sendiri. Ia berkenan memancarkannya kepada kita para murid-Nya. Oleh karena itu sudah semestinya kita memancarkan kemuliaan Kristus dalam hidup sehari-hari, sehingga biarlah orang lain bisa melihat Yesus yang hidup dalam diri kita.

Dengan demikian kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia menjadi sungguh-sungguh nyata sampai saat ini. Untuk bisa memancarkan kemuliaan Tuhan dalam diri kita yang adalah karunia Tuhan itu, Surat Titus mengingatkan kita bahwa Tuhan tidak hanya memberikan keselamatan kepada kita. Ia pun berkenan mendidik kita supaya meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah kepada Tuhan. Kita diajak untuk menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan

Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus. Kita dipanggil untuk memberitakan kasih  karunia Allah dalam Kristus Yesus, menasihati dan meyakinkan orang dengan segala kewibawaan yang dianugerahkan Tuhan kepada kita (Tit. 2:11-13).  Kepada setiap orang yang mau melakukan semua itu Kitab Yesaya menyatakan, "Betapa indahnya kelihatan kedatangan pembawa berita yang mengabarkan damai dan memberitakan kabar baik" (Yes. 52:7) Yohanes 1 ayat 14 juga mengingatkan kita bahwa Tuhan Yesus adalah Tuhan yang penuh kasih karunia dan kebenaran. Ada banyak kasih karunia yang telah Ia berikan dan terus sediakan untuk menolong kita dalam memancarkan cahaya kemuliaan-Nya. Dia pun adalah Sang Kebenaran dan Hidup. Di dalam dan bersama dia kita bisa hidup dalam kebenaran. Kebenaran di sini bukan sekadar kebenaran yang diucapkan, tetapi juga adalah kebenaran yang dinyatakan melalui perbuatan (aletheia) Yoh. 1:15-17.

 

Di dalam dunia yang kompleks dengan berbagai persoalan saat ini kita diajak untuk mengalahkan narsisme, keinginan untuk dipuji karena kepemilikan (wajah, harta, jabatan), rasa gengsi kalau tidak hebat/menonjol seperti orang lain, rasa tidak mau kalah dari orang lain, dan keinginan untuk menghalalkan segala cara agar menang dalam persaingan dalam berbagai bidang kehidupan. Jadi, meski misalnya kita tidak berstatus sosial ekonomi tinggi, tetapi kita bisa menjadi “orang yang mulia” ketika sikap hidup kita memancarkan kemuliaan Tuhan.

Meski misalnya kita adalah orang percaya yang tidak hebat dalam karier, hanya menjadi pegawai level rendah, namun ketika jujur, bekerja dengan rajin dan penuh tanggung jawab, serta ramah, maka kemuliaan Tuhan akan terpancar dalam diri orang tersebut. Setiap kita sebagai umat Tuhan dipanggil untuk menampakkan kemuliaan Allah dalam diri kita, yaitu melalui hidup, kerja dan pelayanan yang memancarkan kuasa Allah yang sarat dengan kasih terhadap semua orang tanpa pandang bulu. Rasul Paulus berkata, “Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah” (1 Kor. 10:31).

 

(4).Refleksi Diri

·       Apakah yang dipikirkan oleh orang lain ketika mereka melihat kehidupan kita?   Apakah mereka melihat kehidupan yang mempermuliakan Allah ataukah yang mempermalukan Allah?   Mari kita melihat kemuliaan Sang Manusia Natal, hidup di dalamnya dan memancarkan kemuliaan[1]Nya dalam hidup sehari-hari kita. Amin.

(Ed.  By LES)

Kamis, 03 November 2022

DIPILIH - UNTUK DISELAMATKAN (2 Tesalonika 3 - 17)

 


Bahan  PA  PEKAN  INI

DIPILIH,  UNTUK  DISELAMATKAN

(2 Tesalonika 2:13-17)

------ by LES

 

1.      Ucapan Selamat Datang

2.      Memuji  KJ. 40: 1 – 4

(Ajaib benar anugerah pembaru hidupku!
'Ku hilang, buta, bercela; olehnya 'ku sembuh.

.     (2). Ketika insaf, 'ku cemas, sekarang 'ku lega!
      Syukur, bebanku t'lah lepas berkat anugerah!

(3).Di jurang yang penuh jerat terancam jiwaku;
anug'rah kupegang erat dan aman pulangku.

      (4).Kudapat janji yang teguh, kuharap sabdaNya
      dan Tuhanlah perisaiku tetap selamanya.

3.      Doa Pembukaan

4.      Memuji    KJ. 39: 1, 3, 5

(1).'Ku diberi belas kasihan, walau tak layak hatiku;
tadi 'ku angkuh, kini heran: Tuhan, besarlah rahmatMu!
Kidung imanku bergema: rahmatMu sungguh mulia,
Kidung imanku bergema: rahmatMu sungguh mulia!

(3). Ini tetap pengakuanku, jikalau orang ingin tahu:
hanya berkat pengasihanMu rukunlah aku dan Engkau.
'Ku merendahkan diriku dan kuagungkan rahmatMu,
'ku merendahkan diriku dan kuagungkan rahmatMu.

(5). Ya Tuhan, jangan ambil rahmat yang Kauberi kepadaku,
kar'na dengannya aku s'lamat sampai ke dalam rumahMu:
di sana kumuliakanlah rahmatMu s'lama-lamanya,
di sana kumuliakan rahmatMu s'lama-lamanya!

 

5.      Membaca:   2 Tesalonika 2:13-17

2:13 Akan tetapi kami harus selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu,  saudara-saudara, yang dikasihi Tuhan, sebab Allah dari mulanya telah memilih kamu   untuk diselamatkan   dalam Roh   yang menguduskan kamu dan dalam kebenaran yang kamu percayai. 2:14 Untuk itulah Ia telah memanggil kamu   oleh Injil   yang kami beritakan, sehingga kamu boleh memperoleh kemuliaan Yesus Kristus, Tuhan kita. 2:15 Sebab itu, berdirilah teguh   dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terima   dari kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis. 2:16 Dan Ia, Tuhan kita Yesus Kristus, dan Allah, Bapa kita,   yang dalam kasih karunia-Nya telah mengasihi kita   dan yang telah menganugerahkan penghiburan abadi dan pengharapan baik kepada kita, 2:17 kiranya menghibur   dan menguatkan   hatimu dalam pekerjaan dan perkataan yang baik.

.

 

6.      PEMBAHASAN

6.1.  Menjadi orang percaya atau orang Kristen bukanlah kebetulan terjadi, sebab  "Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu."  (Yohanes 15:16a), dan  "Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku,"  (Yohanes 6:44).  Artinya kita adalah orang-orang pilihan Tuhan yang dipanggil masuk ke dalam kehendak dan rencana-Nya.  Ini menunjukkan bahwa kita istimewa dan berharga di mata Tuhan karena dipilih di antara jutaan umat manusia di muka bumi ini.  Bukankah banyak yang lebih pandai, lebih kaya, lebih kuat, lebih bertalenta, lebih segala-galanya dibandingkan dengan kita, tapi mengapa Tuhan memilih kita?  ITULAH   PEMBAHASAN  KITA  KALI INI

 

6.2.  “Akan tetapi kami harus selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu, saudara-saudara, yang dikasihi Tuhan, sebab Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan kamu dan dalam kebenaran yang kamu percayai” ( 2 Tesalonika 2:13 ).

Rasul Paulus mengajak kita supaya  menyadari bahwa Keselamatan dari Tuhan adalah Anugerah Allah – bukan hasil amal baik kita, juga bukan karena menuruti syariat agama. Dalam Alkitab ditegaskan bahwa Agama Tidak Menyelamatkan ! (bdk Yoh.3:16).   Cara terbaik menanggapi anugerah itu adalah Mengucap Syukur pada Tuhan.

.

6.3. Keselamatan yang dari Tuhan, yang kita dapatkan olehkarena AnugerahNYA di dalam Tuhan Yesus Kristus – berlandsakan pada iman dan keyakinan yang muncul dari berita Injil  “Untuk itulah Ia telah memanggil kamu   oleh Injil   yang kami beritakan, sehingga kamu boleh memperoleh kemuliaan Yesus Kristus, Tuhan kita”  ( 2 Tesalonika 2:14 ).

.

6.4. Cara terbaik untuk menanggapi anugerah kepastian keselamatan dari Tuhan tsb adalah dengan cara  Setia – berdiri teguh dalam iman – jangan mau disesatkan oleh ajaran2 palsu (misalnya: Ajaran yang mengatakan bahwa “Agama yg menyelamatkan”  bahwa  ritual doa doa yang menyelamatkan,  dsb dsb.).  “Sebab itu, berdirilah teguh   dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terima   dari kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis.  ( 2 Tesalonika 2:15 ).

.

6.5. Penegaran ayat ini sangat penting bagi kita orang-orang yang beriman: “Dan Ia, Tuhan kita Yesus Kristus, dan Allah, Bapa kita,   yang dalam kasih karunia-Nya telah mengasihi kita   dan yang telah menganugerahkan penghiburan abadi dan pengharapan baik kepada kita”  ( 2 Tesalonika 2:16 ). Bahwa di dalam Tuhan Yesus Kristusnb  Anugerah Keselamatan itu adalah sesuatu yang pasti – sebagai pengharapan orang 0rang beriman. Hendaknya hal ini dipegang teguh  untuk menghibur dan menguatkan hati kita di tengah-tengah kehidupan yang penuh pergumulan  (bdk. 2 Tesalonika 17 )

 

 

7.      SARASEHAN:

(7.1). Baca dan renungkan kesaksian ini: Matius 22:14   Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.”   APAKAH  MAKNANYA?    APAKAH  ORANG KRISTEN  JUGA BISA  KEHILANGAN  KESELAMATAN  SEJATI  DI DALAM KRISTUS?   APAKAH  ORANG YANG DIPILIH bisa berubah menjadi ORANG  YG DITOLAK? MENGAPA DEMIKIAN?   JELASKAN.

(7.2). Bersasarkan 2 Tesalonika 2:13; Rasul Paulus mengajak kita supaya  menyadari bahwa Keselamatan dari Tuhan adalah Anugerah Allah – bukan hasil amal baik kita, juga bukan karena menuruti syariat agama. Dalam Alkitab ditegaskan bahwa Agama Tidak Menyelamatkan ! (bdk Yoh.3:16).   Cara terbaik menanggapi anugerah itu adalah Mengucap Syukur pada Tuhan.

BAGAIMANAKAH  TANGGAPAN KITA  TENTANG  HAL INI ?   APA  MAKNA  “MENGUCAP  SYUKUR”  ?  JELASKAN  DENGAN CONTOH CONTOH  KONKRIT!

.

8.      Memuji  KJ   450:1 – 3 (sambil mengumpulkan Persembahan)

(1). Hidup kita yang benar haruslah mengucap syukur.
Dalam Kristus bergemar; janganlah tekebur.

Reff:

Dalam susah pun senang; dalam segala hal
Aku bermazmur dan ucap syukur; itu kehendakNya
!

(2). Biar badai menyerang, biar ombak menyerang,
aku akan bersyukur kepada Tuhanku.   Reff:

(3). Apa arti hidupmu? Bukankah ungkapan syukur,
kar'na Kristus, Penebus, berkurban bagimu!  Reff:

.

9.      Memanjatkan  Doa – doa  Syafaat  dan Doa Penutup

10.  Memuji Pujian Penutup  KJ. 450: 4 – 5

(4). Bertekun bersyukurlah hingga suaraNya kaudengar:
“Sungguh indah anakKu, ungkapan syukurmu.”

Reff:

Dalam susah pun senang; dalam segala hal
Aku bermazmur dan ucap syukur; itu kehendakNya!

(5). Tuhan Yesus, tolonglah, sempurnakan syukurku.
Roh Kudus berkuasalah di dalam hidupku!     Reff:

.

By LES