Minggu, 29 Januari 2023

refeleksi HUT 123 th : "TUMBUH BERKEMBANG MENJADI JEMAAT YG PEDULI DAN BERBAGI"



Refleksi  HUT 123 tahun  GKJ Purworejo; 1900 – 2023  

by Lukas E. Sukoco[1]

 

01

Konteks kehidupan beragama di Indonesia sangat unik karena Pancasila menjadikan payung kesatuan dalam keberagaman.  Namun, seperti kita ketahui dan rasakan : “Isu paling kuat dalam konteks keberagamanan agama adalah menguatnya identitas keagamaan di ruang publik. Isu ini dapat dipetakan sebagai berikut:

o   Pertama, isu terkait kebijakan public yakni masalah produk Undang-undang yang mempolarisasi kelompok keagamaan di tingkat daerah dengan perda-perda yang diskriminatif.

o   Kedua, terorisme atas nama agama.

o   Ketiga, konflik komunal antar komunitas agama.

o   Keempat, konflik antar agama dalam kasus spesifik yaitu penodaan agama, pelecehan, penghinaan, pemaksaan dalam berbagai kasus di sekolah, di masyarakat, di media sosial.

o   Kelima  kesulitan membangun rumah ibadah; yang dialami oleh kelompok minoritas.

 

02

Kondisi ini menjadi tantangan Gereja di Indonesia, Khususnya kita GKJ Purworejo di Purworejo dan sekitarnya.

Gereja sebagai kumpulan orang-orang percaya harus tetap mengarahkan setiap program dan pemikirannya sesuai dengan apa yang Kristus kehendaki. Konsekuensi logisnya adalah gereja harus mengarahkan hati dan pikiran sesuai apa yang Kristus kehendaki yaitu menjadi saksi kebenaran dan mengajak orang lain untuk dapat meneladani apa yang Yesus ajarkan.

Gereja atau kumpulan orang-orang percaya harus kembali kepada jati dirinya sebagai kumpulan orang-orang yang dipersatukan oleh Kristus, bukan diikat oleh persoalan hidup masing-masing sehingga berkumpul untuk mendapatkan pemuasan keinginan dan jalan keluar dari masalah. Gereja Tuhan bukan hanya sekedar perkumpulan sejumlah orang percaya dan menjadikannya sebatas kegiatan social semata. Sebagai anggota tubuh Kristus tentunya berani mengalahkan kepentingan pribadi masing-masing demi kesatuan dan berfungsinya tubuh Kristus secara sehat. Kristus mengatakan kepada murid-murid-Nya bahwa mereka akan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada yang pernah Dia lakukan (Yohanes 14:12).

Syaratnya bahwa mereka harus percaya kepada-Nya. Dan di dalam perkembangan sejarah, semua perkataan Yesus terbukti bahwa para murid (disciples) tersebut menjadi para rasul (apostolos) yang dengan sungguh berani menjadi saksi Kristus di mana-mana bahkan sampai kepada orang-orang non Yahudi di tempat-tempat yang jauh. Kekuatan mereka terbangun karena persekutuan mereka (eklesia) difokuskan kepada gerakan misi dan mengumpulkan sebanyak-banyaknya orang percaya dan tidak membatasi diri pada tembok-tembok gereja. Mereka memahami dan melakukan perintah Tuhan Yesus dengan pimpinan Roh Kudus tanpa mengenal lelah.

 

03.

Sejak peristiwa Pentakosta, kurang lebih 120 orang percaya bersekutu/berkumpul di Yerusalem dan Roh Kudus turun ke atas mereka sehingga mereka berbahasa lidah (glossolalia). Hal ini sangat mengagumkan karena bahasa tersebut bisa dimengerti oleh umat Tuhan yang hadir dalam acara tersebut yang berasal dari daerah jauh, wilayah Roma barat dan Partia di sebelah timur atau sekarang Iran dan Afganistan. Kemudian Petrus berkotbah dan 3000 orang menerima firman itu dan mereka dibaptis  menjadi Pengikut Kristus. 

Namun, Semakin gereja berkembang, teror dan ancaman juga meningkat. Hal ini tidak menghentikan semangat gereja-gereja atau jemaat untuk terus bergerak. Bahkan pada masa Gereja Perdana itu, mereka dianggap sebagai ancaman bagi pemerintah Romawi karena mengubah tatanan sosial dan dianggap meresahkan komunitas religius  kaum  mayoritas Yahudi  kala  itu [2]     

Kisah Rasul pasal 2 mencatat bahwa Petrus mendasarkan kotbahnya di atas Kitab Suci.  Gereja menjalankan dua sakramen utama yaitu Baptisan kudus (Kis.2:38) dan Perjamuan Kudus (Kis. 2:42). Selain itu jemaat selalu giat dalam berdoa (2:42) dan melakukan pekerjaan sosial yang selalu peduli kepada sesama (2:45). Suatu sistem yang dibangun bahwa gereja adalah umat Tuhan yang semestinya menjadi kesaksian tentang Yesus sehingga orang-orang di luar gereja akan melihat dan menerima Kristus sebagai Tuhan dan juruselamat mereka.   Kita perlu sungguh-sungguh mencermati, menghayati dan menjadikannya inspirasi  dalam kehidupan GKJ Purworejo.

 

04.

Lima hal  di bawah ini, yang perlu kita  hidupi  sebagai gereja  yang TUMBUH  BERKEMBANG  MENJADI  GEREJA  YANG  PEDULI  DAN  BERBAGI – seperti tema HUT 123 th GKJ Purworejo, yaitu :

o   (1). PI - Pemberitaan Injil tentang Yesus Kristus, sesuai dengan kesaksian Alkitab, baik ke dalam maupun keluar;

o   (2) SAKRAMEN - melakukan sakramen-sakramen sebagai bentuk ‘pemberitaan dalam bentuk yang kelihatan;

o   (3) DOA  SYAFAAT - doa dan syafaat  bagi masyakat umum  dan warga gereja.

o   (4) DIAKONIA – melakukan pekerjaan sosial kepada lingkungan masyarakat umum dan anggota jemaat;

o   (5) PASTORAL – pelayanan penggembalaan (pemeliharaan jiwa) serta siasat/ disiplin (pengawasan) atas hidup dan kepercayaan anggota-anggota gereja, untuk menarik jemaat kepada pemberitaan Firman Allah serta mengikatnya kepada Firman itu.

Begitulah , gereja kita harus tetap mengarahkan diri kepada kesaksian tentang Yesus Kristus yang dibangun atas dasar kesaksian para rasul tentang Yesus Kristus.    1 Petrus 2:9 menegaskan  bahwa, ”kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatanperbuatanyang besar dari Dia yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.” Pengertiannya adalah ditujukan kepada gereja secara menyeluruh, semua jemaat termasuk di dalamnya.  Ketika jemaat sebagai anggota tubuh Kristus tidak terlibat dalam gerakan misi berarti ada sesuatu yang salah di dalam pengelolaan gereja tersebut.  Tegasnya: pelayanan bukan monopoli Pendeta, Penatua dan Diaken; namun   pelayanan harus dilakukan oleh seluruh warga Gereja.

 

05.

Sejatinya, Gereja  memang  bukan sekedar  sebuah institusi yang diam  saja tetapi sebuah movement/gerakan.   Gereja harus selalu bergerak dan terus menyelaraskan langkah mengikuti alur kehendak Tuhan mengenalkan Yesus kepada seluruh dunia. Gereja yang merupakan gerakan ini akan menjadi sebuah sistem yang tidak bisa dihentikan dan terus berkembang ke segala arah untuk membawa kemuliaan bagi Allah.   Untuk itulah , kita, GKJ Purworejo membuat penataan organisasi baru di tahun 2022 – 2023 ini; di bawah VISI  “Tumbuh Berkembang Menjadi Jemaat Misioner” 

Selanjutnya , mewujudkan visi tsb., dengan empat perspektif penting , yaitu dalam MISI : Persekutuan (koinonia),  Pelayanan (Diakonia), Kesaksian  (Marturia)  dan Penatalayanan  (Oikonomia).

”kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatanperbuatanyang besar dari Dia yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.” 1 Petrus 2:

LES

 

DIRGAHAYU   GKJ  PURWOREJO

4 Februari 1900 2023



[1] Penulis adalah Pendeta GKJ Purworejo sejak 4 Mei 1989.  Tulisan ini merupakan Refleksi pribadi  dalam menghayati HUT GKJ Purworejo (4 Februari 1900 – 2023.  Refleksi ini ku harap menjadi inspirasi bagi panitia dan keluarga besar GKJ Purworejo.

[2] P. Schaff, History of the Christian Church in The Middle Ages (Grand Rapid: Eerdmans Publishing Company, 1949), 4

Jumat, 27 Januari 2023

Sarasehan HIDUP SESUAI DENGAN DENGAN KEHENDAK TUHAN

 


HIDUP  SESUAI  DENGAN  KEHENDAK  TUHAN

By Lukas E. Sukoco

01. Pengantar Sarasehan

(1)Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. (2) Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.

Roma 1:1 – 2

 

Tujuan  ayat tsb  adalah agar seluruh kehidupan menjadi “ibadah yang sejati.”  Yaitu suatu cara untuk melakukan  aktivitas / pekerjaan sehari hari yang mengekspresikan keberhargaan Allah yang sesungguhnya; sebagai “ibadah” kita dalam realitas keseharian, di mana kita masih hidup. Yaitu supaya kita  mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadah yang sejati.   Dengan kata lain, Ibadah sejati ibadah sejati  malah terjadi di  dalam kehidupan sehari hari melalui aktivitas dan pekerjaan kita, dalam kehidupan kita masing-masing.

Perhatikan: Roma 1:2  merupakan jawaban Paulus terhadap bagaimana kita mengubah seluruh hidup menjadi ibadah. Kita harus berubah. Ya Kita harus berubah. Bertobat!. Bukan hanya perilaku eksternal kita, tetapi cara kita hidup… Cara kita merasa, berpikir, berkata, berbuat. Ditegaskan dalam Ayat 2: “Berubahlah oleh pembaharuan budimu.”

 

Orang-orang yang percaya pada Kristus Yesus merupakan ciptaan baru di dalam Kristus yang sudah dibeli dengan darah-Nya. “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru” (2 Korintus 5:17). Tetapi sekarang kita harus menjadi apa adanya kita. “Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan yang baru, sebab kamu memang tidak beragi” (1 Korintus 5:7).  Rasul Paulus menegaskan:  “Kamu telah mengenakan manusia baru yang  terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya” (Kolose 3:10).  Jadi, sejatinya…kita sudahdiperbarui dan masih terus menerus diperbarui dalam Kristus!   Itu Focus Hidup Kristen!.

Lalu  Apa Tujuan hingga perlu Focus Hidup Kristen itu?  Ya…Supaya sebagai orang beriman di dalam Kristus, kita tak hanya makin tua saja …tapi juga makin dewasa  dalam iman. Itu terjadi dengan  pembaruan budi: “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu… Tujuannya adalah sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” Jadi, fokus kita hari ini adalah menghayati  “kehendak Allah,” dan menjadikan dasar kehidupan setiap hari.

Itulah sebabnya pada  bagian lain Paulus berdoa agar orang Kristen dipenuhi dengan pengetahuan akan kehendak Allah supaya mereka hidup layak di hadapan-Nya serta berkenan kepada-Nya dalam segala hal (Kolose 1:9-10) “Sebab itu sejak waktu kami mendengarnya,  kami tiada berhenti-henti berdoa untuk kamu .  Kami meminta, supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian  yang benar, untuk mengetahui kehendak   Tuhan dengan sempurna, sehingga hidupmu layak  di hadapan-Nya serta berkenan kepada-Nya   dalam segala hal, dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan   yang benar tentang Allah”


02. Renungan Pribadi

Ada Pohon-pohn pinus longaeva  Bristlecone adalah pohon-pohon  tertua di dunia. Beberapa di antaranya diperkirakan berumur 3.000 sampai 4.000 tahun. Bahkan Pada tahun 1957, Seorang ilmuwan Edmund Schulman menemukan sebatang di antaranya, dan menamainya "Metusaleh".  Pohon pinus berbongkol dan sangat tua ini hampir berumur 5.000 tahun! Pohon ini sudah ada saat rakyat Mesir membangun piramid.  Luar biasa….

Pohon Bristlecone tsb yang tumbuh di atas pegunungan AS bagian barat, tepatnya di di White Mountains di Inyo County, California di ketinggian kira-kira 3.050-3.350 meter. Pohon-pohon ini  mampu bertahan hidup, bahkan di saat kondisi lingkungan yang sangat buruk sekalipun: suhu udara yang amat dingin, angin topan, lapisan udara yang tipis, dan curah hujan yang rendah.   Akarnya kokoh mencap ke tanah dalam proses pertumbuhan… 

Ternyata ; Sebenarnya, lingkungan ganaslah yang menjadi salah satu faktor sehingga pohon pohon itu  mampu bertahan hingga abad milenium sekarang ini. Kesengsaraan telah menumbuhkan kekuatan yang luar biasa dan tenaga yang tak kunjung habis dalam perlindungan Tuhan.  Orang beriman yang hidup dalam relasi yang benar dengan Tuhan juga demikian adanya; Ia akan makin kokoh kiat di dalam Tuhan, sekalipun menghadapi pergumulan berat, aneka kesulitan dan tantangan bahkan derita dalam hidupnya.

 

03. Sarasehan

Kita bersyukur sudah 123 th  (1900 – 2023) Perjalanan hidup Komunitas GKJ Purworejo – dengan segala dinamikanya. Jika kita mengguakan “kacamata negatit” maka kita akan menghitung betapa banyak kekurangan dan kelemahannya.   Sebaliknya , jika kita menggunakan “kacamata positif” maka akan kita temukan betapa banyak  hal  baik dalam kehidupan komunitas  GKJ Purworejo selama ini.  Atau mungkin kita  bisa gunakan “kaca mata Obyektif?”   Kacamata yg dimaksud  adalah perspektif/ sudut pandang kita.

(1).Bagaimanakah  pendapat kita tentang GKJ Purworejo?   Dan (2).Bila Tema HUT 123 th “Tumbuh Berkembang sebagai Gereja yang Peduli dan berbagi” dikaitkan dengan tema PA kali ini: “Hidup Sesuai Dengan Kehendak Tuhan” Maka Hal-hal Apa yang perlu kita benahi dan tingkatkan dalam hidup Bergereja kita?  Bdk. Dg.  Kolose 1:9-10  Jelaskan !    (by LES 28.01.2023)

Minggu, 22 Januari 2023

Merawat Tradisi MITONI (bersama Ki Lukas E. Sukoco Rekso Budoyo)

 


01. Mitoni tidak dapat diselenggarakan sewaktu-waktu, orang Jawa biasanya memilih hari yang dianggap baik yaitu di hari Selasa atau dalam hitungan Jawa jatuhnya di hari Senin siang sampai malam, dan hari baik selanjutnya yaitu hari Sabtu atau dalam hitungan Jawa jatuh pada hari Jumat siang sampai malam.

Secara  etimologi, mitoni berasal dari kata pitu yang berarti tujuh. Biasanya, tradisi ini dilakukan pada saat usia kehamilan telah menginjak 7 bulan.  Angka tujuh atau “pitu” dalam bahasa Jawa, dari kerangka “othak-athik” atau “gathuk-mathuk”-nya orang Jawa bisa dimaknai sebagai “pituduh” atau bahasa Indonesianya bermakna “petunjuk” namun bisa berarti juga “pitulungan”  Yakni sebuah “petunjuk” akan arah yang akan dituju. oleh karenanya banyak simbolisasi dan makna atas angka ini disematkan padanya.

 

Sebut saja tentang penciptaan alam semesta, yang dicipta dalam 7 hari oleh TUHAN (Kej 2:1-3) , atau pada hari Sabbath (hari ketujuh) dalam tradisi Alkitab (baca: hari perhentian), atau fi sittati ayyam dalam bahasa Al-Quran-nyaAtau juga terkait simbolisasi langit berlapis tujuh (ber-sap tujuh) untuk menujuk sistem lapisan langit dan jagad kita yang dalam filosofi Jawa dikenal sebagai sapta petala langit” (tujuh lapis langit yang menyelubungi jagad kita).Tak heran ada tujuh hari yang merupakan fase lingkaran siklis perjalanan waktu (cakra-manggilingan).

 

Itulah sebabnya MITONI (dengan segala bentuknya) – dari yang biasa hingga yang lengkap an mahal – tetap dilakukan oleh Orang jawa sebagai DOA kepada Tuhan; dengan tujuan agar calon ibu dan calon bayi mendapatkan keselamatan sejak dalam kandungan hingga tumbuh dewasa di dalam naungan Tuhan yang maha kuasa. Mitoni adalah kesadaran teologis bahwa manusia membutuhkan karunia keselamatan dari Tuhan, sejak manusia masih dalam kandungan  

“Beginilah firman Tuhan yang menjadikan engkau, yang membentuk engkau sejak dari kandungan dan yang menolong engkau:” Yesaya 44:2

“Ya, Engkau yang me-ngeluarkan aku dari kandungan; Engkau yang membuat aku aman pada dada ibuku.” Mazmur 22:10

  

Dalam perspektif ini, MITONI perlu dirawat dan dilestarikan.

 

02. Perlengkapan dalam mitoni, antara lain terdapat “sesaji” atau “sesajen” yang menurut  kepercayaan masyarakat Jawa, merupakan bentuk ucapan rasa syukur serta penghormatan pada leluhur, kepada alam dan khususnya kepada Sang Pencipta.   Pada saat mitoni ada  beberapa macam jenang yang dijadikan pelengkap, yakni jenang abang, jenang putih, jenang kuning, jenang ireng, jenang waras, dan jenang sengkolo.  Sejarah dan asal-usul tentang jenang juga tercatat dalam kitab kuno. dalam Serat Lubdaka karya Empu Tanakung. 

Salah satu jenis jenang yang populer ada jenang sumsum. jenis jenang ini terbuat dari beras putih yang dicampur dengan beras ketan putih di atasnya. Warnanya yang putih diyakini sebagai simbol kebersihan hati dan kesejahteraan; dipercaya akan mendatangkan kesehatan, berkah dan kekuatan.  

Jenang adalah symbol Kehidupan; maka jangan cari jenang pada saat peringatan kematian. Pasti tidak ada!.

Salah satu yang penting dalam Mitoni  ada jenang procotan yang biasanya disajikan di acara selamatan ibu hamil atau tujuh bulanan. Jenang ini diyakini sebagai simbol keselamatan dan kelancaran ibu hamil.


Selain itu, mitoni juga menggunakan sajian tumpeng, lauk pauk pelengkap, buah-buahan, kembang setaman, serta berbagai jenis dedaunan.  Makna “tumpeng”, dalam sistem operasi “jarwa-dhosok”, diberi makna dalam bahasa Jawanya sebagai “Tum(uju) (ing) Peng(eran)” alias berarti “menuju atau ditujukan kepada Tuhan”.

03. Menarik. Tradisi mitoni di beberapa daerah memiliki rangkaian acara yang berbeda-beda. Umumnya mitoni diawali dengan upacara siraman. Tujuannya untuk membersihkan kotoran yang melekat pada tubuh ibu hamil serta dapat membersihkan hati dan jiwa. Siraman dalam istilah Jawa bertujuan untuk ngruwat sukerta atau membuang kesialan. Air yang diambil berasal dari 7 sumur berbeda. Sebenarnya, hal ini dilakukan sebagai edukasi kepada masyarakat agar lebih mencintai dan merawat bumi dengan baik, diantaranya menjaga sumber mata air. 

Kemudian, ganti busana atau pakaian sebanyak 7 kali. Setiap berganti pakaian, tetua akan menanyakan kepada tamu undangan “wis pantes durung?” atau “sudah pantas belum?.” Kemudian, tamu undangan akan menjawab “durung” atau “belum” sampai pada kain yang terakhir atau ketujuh.  

Selanjutnya, prosesi brojolan, yakni melepaskan dua buah kelapa muda gading. Kelapa tersebut diberi gambar tokoh wayang Kamajaya dan Kamaratih. Keduanya melambangkan jenis kelamin perempuan dan laki-laki. Perumpamaan dalam buah kelapa gading juga menjadi simbol bahwa orang tua sudah siap menerima apapun jenis kelamin buah hati mereka. Selain itu, acara ini memiliki makna supaya nantinya bayi dapat terlahir dengan lancar dan selamat.

04. Sebagai penutup acara, diadakan dodol atau jualan dawet dan  rujak.    Upacara dodol dawet merupakan rangkaian upacara terakhir pada mitoni. Upacara ini dilakukan oleh calon eyang putri dan eyang kakung. Alat yang digunakan pada proses ini adalah dawet, pecahan genting sebagai pengganti uang. Senik atau tempat uang dan payung. Acara dodol dawet dilakukan oleh eyang kakung dan eyang putri. Mereka mengenakan baju Mataram lengkap. Eyang putri menggendong tempat uang sedangkan eyang kakung memayungi eyang putri. Tempat untuk dodol dawet berada di depan rumah atau tritisan. Para tamu membeli dawet dengan memakai uang dari pecahan genting atau kreweng yang sudah disediakan. Para pembeli dawet berkata “ngalap berkah”.

Dodol rujak dilakukan oleh calon ibu dengan membawa wadah untuk menampung hasil jualan, didampingi suaminya. Aneka macam buah-buahan, (biasanya 7 macam)  seperti nanas, mangga muda, belimbing, bengkuang, kedondong, jambu, dicampur dengan bumbu bercita rasa asam, manis, pedasUang yang digunakan berupa kreweng atau potongan tanah liat.  Berbentuk menyerupai uang koin dan terbuat dari tanah liat, kereweng memberi makna bahwa kehidupan manusia pada dasarnya dimulai dan dinafkahi dari bumi. Mengingat awal mula kereweng berasal dari pecahan genting, tamu undangan yang tidak kebagian kereweng juga dapat membayar dengan pecahan genting yang berada di sekitar. Unik!  Pelajaran pentingnya: Jangan melupakan Alam sekitar anugerah Tuhan, di mana kita tinggal dan hidup Bersama.

05.    Mengingat makna dan filosofi yang termuat dalam tradisi ini sangat baik, maka kita wajib untuk melestarikannya.  Bukankah kit aini Komunitas Gereja Kristen Jawa ?   Agar tradisi mitoni tetap ada dan bisa diturunkan ke generasi selanjutnya. Sebab, merawat tradisi ini berarti ikut menjaga kebudayaan Jawa. 

Materi ini Disampaikan oleh Pdt. Lukas Eko Sukoco, MTh., PC. pada saat Bidstond Syukur & Sarasehan Malem Selasa Kliwon Keluarga Besar  Bp Ibu Y. Suparno  (23 Januari 2023)

Salam Rahayu…. Amin.

Minggu, 15 Januari 2023

Menjadi Saksi Kristus ? BELAJARLAH DARI YOHANES PEMBABTIS

 BAHAN / SKETSA  PEMAHAMAN  ALKITAB  PEKAN  INI                                                               


Menjadi Saksi Kristus? 

Belajarlah Dari Yohanes Pembaptis.  (YOHANES 1: 29 – 34)

1. Doa + Pujian KJ.293:1 – 3 

2. Membaca Sketsa PA

3. Pujian  KJ.338: 1 – 4 

4. Sarasehan

5. Pujian  KJ.426:1 -2, 4  dan Persembahan

6. Doa Syafaat,Persembahan dan Doa Penutup.

-------

SKETSA  PA   YOHANES 1:29 – 34

Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia. 

Dialah yang kumaksud ketika kukatakan: Kemudian dari padaku akan datang seorang, yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku.

Dan aku sendiripun mula-mula tidak mengenal Dia, tetapi untuk itulah aku datang dan membaptis dengan air, supaya Ia dinyatakan kepada Israel."

Dan Yohanes memberi kesaksian, katanya: "Aku telah melihat Roh turun dari langit seperti merpati, dan Ia tinggal di atasNya.

Dan akupun tidak mengenalNya, tetapi Dia, yang mengutus aku untuk membaptis dengan air, telah berfirman kepadaku: Jikalau engkau melihat Roh itu turun ke atas seseorang dan tinggal di atasNya, Dialah itu yang akan membaptis dengan Roh Kudus.

Dan aku telah melihatNya dan memberi kesaksian: Ia inilah Anak Allah."



Yohanes Pembaptis sungguh saksi Kristus yang sejati. Bagaimana dia tahu bahwa Kristus adalah Anak Allah?

Padahal kalau dilihat lewat kaca-mata manusia, Yesus adalah biasa-biasa saja, anak tukang kayu yang sederhana.

Yohanes tahu dengan sangat baik lewat penampakan. Yohanes sudah mendapat bisikan Tuhan.

Injil yang kita cermati hari ini dengan sangat jelas katakan itu kepada para pendengar, bunyinya:  “Dia yang mengutus aku untuk membaptis dengan air telah berfirman kepadaku: Jikalau engkau melihat Roh itu turun ke atas seseorang dan tinggal di atasNya, Dialah itu yang membaptis dengan Roh Kudus.   Dan aku telah melihatNya dan memberi kesaksian: Ia inilah Anak Allah.” 

Yohanes sungguh yakin dan percaya bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah, Mesias yang dinantikan untuk menyelamatkan manusia.

Yohanes sungguh sadar akan perannya sebagai penyiap jalan bagi Kristus. Dia mengundang manusia untuk bertobat.



Di antara manusia yang bertobat ada yang mengikuti dia, menjadi murid-muridnya.

Di saat melihat Yesus Kristus, Yohanes tidak segan-segan memperkenalkan Yesus Kristus kepada para murid-muridnya.

Katanya: “Lihatlah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia.

Yohanes pembabtis juga menegaskan bahwa “Dialah yang kumaksud ketika kukatakan: kemudian dari padaku akan datang seorang, yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku.” Akibatnya  para murid-murid itu meninggalkan Yohanes dan berpindah  mengikuti Yesus.


Yohanes bahagia karena Yesus Kristus menjadi lebih besar dan dia sendiri menjadi lebih kecil.  Yohanes sungguh setia akan tugas perutusannya. Kesetiaan dan rasa tanggungjawabnya sungguh mendatangkan kebahagian baginya.

Sebagai pengikut Kristus, kita pun sudah diberi tugas dan tanggungjawab untuk meneruskan tugas perutusan Kristus agar banyak orang mengenal dan percaya pada Kristus sehingga mereka pun memperoleh keselamatan.

Supaya tugas pertutusan Kristus ini dapat kita jalankan dengan baik, maka beberapa hal penting harus kita hayati dan amalkan dalam hidup:

Sadarlah selalu bahwa berkat Sakramen babtisan, kita sudah diberi tugas untuk mewartakan Kristus. Karena itu hayati dan amalkanlah tugas perutusan ini dengan sepenuh hati.  Yohanes Pembaptis sangat setia akan tugas perutusannya. 

Tanamkanlah kesadaran dalam diri kita, bahwa Tuhan selalu mengharapkan dari kita, para pengikutNya, untuk mengembalikan anak-anak Allah yang sudah menjauh dari padaNya agar memperoleh keselamatan.

Kalau bukan kita, pengikut-pengikutNya, siapa lagi yang akan mengembalikan anak-anak yang hilang ini kepada Bapa kita? Itulah yang dibuat Yohanes. Banyak yang bertobat berkat pewartaannya. Kita pun bisa buat yang sama dengan cara kita masing-masing.

Sadarlah selalu bahwa dalam mewartakan Kabar Sukacita Allah, kita tidak pernah sendirian. Roh Kudus selalu menyertai dan membimbing kita agar selalu berkata benar.

Agar bisa menjadi saksi Kristus yang setia, maka marilah  kita  belajarlah dari Yohanes Pembaptis!


SARASEHAN:  

DALAM KOTEKS  MASA  KINI;  HAL  HAL  APA  SAJA  YANG  BISA  KITA  TELADANI  &  PELAJARI  DARI  YOHANES  PEMBABTIS  DALAM YOHANES:29 – 34 ? JELASKAN!  

                                                                                                     (Ed  by. LES)