Minggu, 29 Januari 2023

refeleksi HUT 123 th : "TUMBUH BERKEMBANG MENJADI JEMAAT YG PEDULI DAN BERBAGI"



Refleksi  HUT 123 tahun  GKJ Purworejo; 1900 – 2023  

by Lukas E. Sukoco[1]

 

01

Konteks kehidupan beragama di Indonesia sangat unik karena Pancasila menjadikan payung kesatuan dalam keberagaman.  Namun, seperti kita ketahui dan rasakan : “Isu paling kuat dalam konteks keberagamanan agama adalah menguatnya identitas keagamaan di ruang publik. Isu ini dapat dipetakan sebagai berikut:

o   Pertama, isu terkait kebijakan public yakni masalah produk Undang-undang yang mempolarisasi kelompok keagamaan di tingkat daerah dengan perda-perda yang diskriminatif.

o   Kedua, terorisme atas nama agama.

o   Ketiga, konflik komunal antar komunitas agama.

o   Keempat, konflik antar agama dalam kasus spesifik yaitu penodaan agama, pelecehan, penghinaan, pemaksaan dalam berbagai kasus di sekolah, di masyarakat, di media sosial.

o   Kelima  kesulitan membangun rumah ibadah; yang dialami oleh kelompok minoritas.

 

02

Kondisi ini menjadi tantangan Gereja di Indonesia, Khususnya kita GKJ Purworejo di Purworejo dan sekitarnya.

Gereja sebagai kumpulan orang-orang percaya harus tetap mengarahkan setiap program dan pemikirannya sesuai dengan apa yang Kristus kehendaki. Konsekuensi logisnya adalah gereja harus mengarahkan hati dan pikiran sesuai apa yang Kristus kehendaki yaitu menjadi saksi kebenaran dan mengajak orang lain untuk dapat meneladani apa yang Yesus ajarkan.

Gereja atau kumpulan orang-orang percaya harus kembali kepada jati dirinya sebagai kumpulan orang-orang yang dipersatukan oleh Kristus, bukan diikat oleh persoalan hidup masing-masing sehingga berkumpul untuk mendapatkan pemuasan keinginan dan jalan keluar dari masalah. Gereja Tuhan bukan hanya sekedar perkumpulan sejumlah orang percaya dan menjadikannya sebatas kegiatan social semata. Sebagai anggota tubuh Kristus tentunya berani mengalahkan kepentingan pribadi masing-masing demi kesatuan dan berfungsinya tubuh Kristus secara sehat. Kristus mengatakan kepada murid-murid-Nya bahwa mereka akan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada yang pernah Dia lakukan (Yohanes 14:12).

Syaratnya bahwa mereka harus percaya kepada-Nya. Dan di dalam perkembangan sejarah, semua perkataan Yesus terbukti bahwa para murid (disciples) tersebut menjadi para rasul (apostolos) yang dengan sungguh berani menjadi saksi Kristus di mana-mana bahkan sampai kepada orang-orang non Yahudi di tempat-tempat yang jauh. Kekuatan mereka terbangun karena persekutuan mereka (eklesia) difokuskan kepada gerakan misi dan mengumpulkan sebanyak-banyaknya orang percaya dan tidak membatasi diri pada tembok-tembok gereja. Mereka memahami dan melakukan perintah Tuhan Yesus dengan pimpinan Roh Kudus tanpa mengenal lelah.

 

03.

Sejak peristiwa Pentakosta, kurang lebih 120 orang percaya bersekutu/berkumpul di Yerusalem dan Roh Kudus turun ke atas mereka sehingga mereka berbahasa lidah (glossolalia). Hal ini sangat mengagumkan karena bahasa tersebut bisa dimengerti oleh umat Tuhan yang hadir dalam acara tersebut yang berasal dari daerah jauh, wilayah Roma barat dan Partia di sebelah timur atau sekarang Iran dan Afganistan. Kemudian Petrus berkotbah dan 3000 orang menerima firman itu dan mereka dibaptis  menjadi Pengikut Kristus. 

Namun, Semakin gereja berkembang, teror dan ancaman juga meningkat. Hal ini tidak menghentikan semangat gereja-gereja atau jemaat untuk terus bergerak. Bahkan pada masa Gereja Perdana itu, mereka dianggap sebagai ancaman bagi pemerintah Romawi karena mengubah tatanan sosial dan dianggap meresahkan komunitas religius  kaum  mayoritas Yahudi  kala  itu [2]     

Kisah Rasul pasal 2 mencatat bahwa Petrus mendasarkan kotbahnya di atas Kitab Suci.  Gereja menjalankan dua sakramen utama yaitu Baptisan kudus (Kis.2:38) dan Perjamuan Kudus (Kis. 2:42). Selain itu jemaat selalu giat dalam berdoa (2:42) dan melakukan pekerjaan sosial yang selalu peduli kepada sesama (2:45). Suatu sistem yang dibangun bahwa gereja adalah umat Tuhan yang semestinya menjadi kesaksian tentang Yesus sehingga orang-orang di luar gereja akan melihat dan menerima Kristus sebagai Tuhan dan juruselamat mereka.   Kita perlu sungguh-sungguh mencermati, menghayati dan menjadikannya inspirasi  dalam kehidupan GKJ Purworejo.

 

04.

Lima hal  di bawah ini, yang perlu kita  hidupi  sebagai gereja  yang TUMBUH  BERKEMBANG  MENJADI  GEREJA  YANG  PEDULI  DAN  BERBAGI – seperti tema HUT 123 th GKJ Purworejo, yaitu :

o   (1). PI - Pemberitaan Injil tentang Yesus Kristus, sesuai dengan kesaksian Alkitab, baik ke dalam maupun keluar;

o   (2) SAKRAMEN - melakukan sakramen-sakramen sebagai bentuk ‘pemberitaan dalam bentuk yang kelihatan;

o   (3) DOA  SYAFAAT - doa dan syafaat  bagi masyakat umum  dan warga gereja.

o   (4) DIAKONIA – melakukan pekerjaan sosial kepada lingkungan masyarakat umum dan anggota jemaat;

o   (5) PASTORAL – pelayanan penggembalaan (pemeliharaan jiwa) serta siasat/ disiplin (pengawasan) atas hidup dan kepercayaan anggota-anggota gereja, untuk menarik jemaat kepada pemberitaan Firman Allah serta mengikatnya kepada Firman itu.

Begitulah , gereja kita harus tetap mengarahkan diri kepada kesaksian tentang Yesus Kristus yang dibangun atas dasar kesaksian para rasul tentang Yesus Kristus.    1 Petrus 2:9 menegaskan  bahwa, ”kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatanperbuatanyang besar dari Dia yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.” Pengertiannya adalah ditujukan kepada gereja secara menyeluruh, semua jemaat termasuk di dalamnya.  Ketika jemaat sebagai anggota tubuh Kristus tidak terlibat dalam gerakan misi berarti ada sesuatu yang salah di dalam pengelolaan gereja tersebut.  Tegasnya: pelayanan bukan monopoli Pendeta, Penatua dan Diaken; namun   pelayanan harus dilakukan oleh seluruh warga Gereja.

 

05.

Sejatinya, Gereja  memang  bukan sekedar  sebuah institusi yang diam  saja tetapi sebuah movement/gerakan.   Gereja harus selalu bergerak dan terus menyelaraskan langkah mengikuti alur kehendak Tuhan mengenalkan Yesus kepada seluruh dunia. Gereja yang merupakan gerakan ini akan menjadi sebuah sistem yang tidak bisa dihentikan dan terus berkembang ke segala arah untuk membawa kemuliaan bagi Allah.   Untuk itulah , kita, GKJ Purworejo membuat penataan organisasi baru di tahun 2022 – 2023 ini; di bawah VISI  “Tumbuh Berkembang Menjadi Jemaat Misioner” 

Selanjutnya , mewujudkan visi tsb., dengan empat perspektif penting , yaitu dalam MISI : Persekutuan (koinonia),  Pelayanan (Diakonia), Kesaksian  (Marturia)  dan Penatalayanan  (Oikonomia).

”kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatanperbuatanyang besar dari Dia yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.” 1 Petrus 2:

LES

 

DIRGAHAYU   GKJ  PURWOREJO

4 Februari 1900 2023



[1] Penulis adalah Pendeta GKJ Purworejo sejak 4 Mei 1989.  Tulisan ini merupakan Refleksi pribadi  dalam menghayati HUT GKJ Purworejo (4 Februari 1900 – 2023.  Refleksi ini ku harap menjadi inspirasi bagi panitia dan keluarga besar GKJ Purworejo.

[2] P. Schaff, History of the Christian Church in The Middle Ages (Grand Rapid: Eerdmans Publishing Company, 1949), 4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar