Refleksi HUT 123 tahun GKJ Purworejo; 1900 – 2023
by
Lukas E. Sukoco[1]
01
Konteks kehidupan
beragama di Indonesia sangat unik karena Pancasila menjadikan
payung kesatuan dalam keberagaman. Namun, seperti kita ketahui dan rasakan : “Isu
paling kuat dalam konteks keberagamanan agama adalah menguatnya identitas
keagamaan di ruang publik. Isu ini dapat dipetakan sebagai berikut:
o
Pertama,
isu terkait kebijakan public yakni masalah produk Undang-undang yang
mempolarisasi kelompok keagamaan di tingkat daerah dengan perda-perda yang
diskriminatif.
o
Kedua,
terorisme atas nama agama.
o
Ketiga,
konflik komunal antar komunitas agama.
o
Keempat,
konflik antar agama dalam kasus spesifik yaitu penodaan agama, pelecehan, penghinaan,
pemaksaan dalam berbagai kasus di sekolah, di masyarakat, di media sosial.
o
Kelima kesulitan membangun rumah ibadah; yang dialami
oleh kelompok minoritas.
02
Kondisi ini menjadi
tantangan Gereja di Indonesia, Khususnya kita GKJ
Purworejo di Purworejo dan sekitarnya.
Gereja sebagai kumpulan
orang-orang percaya harus tetap mengarahkan setiap program dan pemikirannya
sesuai dengan apa yang Kristus kehendaki. Konsekuensi logisnya adalah gereja
harus mengarahkan hati dan pikiran sesuai apa yang Kristus kehendaki yaitu
menjadi saksi kebenaran dan mengajak orang lain untuk dapat meneladani apa yang
Yesus ajarkan.
Gereja atau kumpulan
orang-orang percaya harus kembali kepada jati dirinya sebagai kumpulan
orang-orang yang dipersatukan oleh Kristus, bukan diikat oleh persoalan hidup
masing-masing sehingga berkumpul untuk mendapatkan pemuasan keinginan dan jalan
keluar dari masalah. Gereja Tuhan bukan hanya sekedar perkumpulan sejumlah
orang percaya dan menjadikannya sebatas kegiatan social semata. Sebagai
anggota tubuh Kristus tentunya berani mengalahkan kepentingan pribadi
masing-masing demi kesatuan dan berfungsinya tubuh Kristus secara sehat.
Kristus mengatakan kepada murid-murid-Nya bahwa mereka akan melakukan
pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada yang pernah Dia lakukan (Yohanes
14:12).
Syaratnya bahwa mereka
harus percaya kepada-Nya. Dan di dalam perkembangan sejarah, semua perkataan
Yesus terbukti bahwa para murid (disciples) tersebut menjadi para rasul
(apostolos) yang dengan sungguh berani menjadi saksi Kristus di
mana-mana bahkan sampai kepada orang-orang non Yahudi di tempat-tempat yang
jauh. Kekuatan mereka terbangun karena persekutuan mereka (eklesia)
difokuskan kepada gerakan misi dan mengumpulkan sebanyak-banyaknya orang
percaya dan tidak membatasi diri pada tembok-tembok gereja. Mereka memahami dan
melakukan perintah Tuhan Yesus dengan pimpinan Roh Kudus tanpa mengenal lelah.
03.
Sejak peristiwa Pentakosta,
kurang lebih 120 orang percaya bersekutu/berkumpul di Yerusalem dan Roh Kudus
turun ke atas mereka sehingga mereka berbahasa lidah (glossolalia). Hal ini
sangat mengagumkan karena bahasa tersebut bisa dimengerti oleh umat Tuhan yang
hadir dalam acara tersebut yang berasal dari daerah jauh, wilayah Roma barat
dan Partia di sebelah timur atau sekarang Iran dan Afganistan. Kemudian Petrus
berkotbah dan 3000 orang menerima firman itu dan mereka dibaptis menjadi Pengikut Kristus.
Namun, Semakin gereja
berkembang, teror dan ancaman juga meningkat. Hal ini tidak menghentikan
semangat gereja-gereja atau jemaat untuk terus bergerak. Bahkan pada masa
Gereja Perdana itu, mereka dianggap sebagai ancaman bagi pemerintah Romawi
karena mengubah tatanan sosial dan dianggap meresahkan komunitas religius kaum
mayoritas Yahudi kala itu [2]
Kisah Rasul pasal 2
mencatat bahwa Petrus mendasarkan kotbahnya di atas Kitab Suci. Gereja menjalankan dua sakramen utama yaitu Baptisan
kudus (Kis.2:38) dan Perjamuan Kudus (Kis. 2:42). Selain itu jemaat
selalu giat dalam berdoa (2:42) dan melakukan pekerjaan sosial yang selalu
peduli kepada sesama (2:45). Suatu sistem yang dibangun bahwa gereja adalah
umat Tuhan yang semestinya menjadi kesaksian tentang Yesus sehingga orang-orang
di luar gereja akan melihat dan menerima Kristus sebagai Tuhan dan juruselamat
mereka. Kita perlu sungguh-sungguh
mencermati, menghayati dan menjadikannya inspirasi dalam kehidupan GKJ Purworejo.
04.
Lima hal di bawah ini, yang perlu kita hidupi sebagai gereja
yang TUMBUH BERKEMBANG MENJADI
GEREJA YANG PEDULI
DAN BERBAGI – seperti tema HUT
123 th GKJ Purworejo, yaitu :
o
(1). PI - Pemberitaan Injil tentang Yesus
Kristus, sesuai dengan kesaksian Alkitab, baik ke dalam maupun keluar;
o
(2) SAKRAMEN - melakukan sakramen-sakramen
sebagai bentuk ‘pemberitaan dalam bentuk yang kelihatan;
o
(3) DOA
SYAFAAT - doa dan syafaat bagi masyakat
umum dan warga gereja.
o
(4) DIAKONIA – melakukan pekerjaan sosial
kepada lingkungan masyarakat umum dan anggota jemaat;
o
(5) PASTORAL – pelayanan penggembalaan
(pemeliharaan jiwa) serta siasat/ disiplin (pengawasan) atas hidup dan
kepercayaan anggota-anggota gereja, untuk menarik jemaat kepada pemberitaan
Firman Allah serta mengikatnya kepada Firman itu.
Begitulah
,
gereja kita harus tetap mengarahkan diri kepada kesaksian tentang Yesus
Kristus yang dibangun atas dasar kesaksian para rasul tentang Yesus Kristus. 1 Petrus 2:9 menegaskan
bahwa, ”kamulah bangsa yang terpilih,
imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya
kamu memberitakan perbuatanperbuatanyang besar dari Dia yang telah memanggil
kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.” Pengertiannya
adalah ditujukan kepada gereja secara menyeluruh, semua jemaat termasuk di
dalamnya. Ketika jemaat sebagai anggota
tubuh Kristus tidak terlibat dalam gerakan misi berarti ada sesuatu yang salah
di dalam pengelolaan gereja tersebut. Tegasnya: pelayanan bukan monopoli Pendeta,
Penatua dan Diaken; namun pelayanan harus
dilakukan oleh seluruh warga Gereja.
05.
Sejatinya,
Gereja memang bukan sekedar sebuah institusi yang diam saja tetapi sebuah movement/gerakan. Gereja harus selalu bergerak dan terus
menyelaraskan langkah mengikuti alur kehendak Tuhan mengenalkan Yesus kepada
seluruh dunia. Gereja yang merupakan gerakan ini akan menjadi sebuah sistem
yang tidak bisa dihentikan dan terus berkembang ke segala arah untuk membawa
kemuliaan bagi Allah. Untuk itulah ,
kita, GKJ Purworejo membuat penataan organisasi baru di tahun 2022 – 2023 ini;
di bawah VISI “Tumbuh Berkembang
Menjadi Jemaat Misioner”
Selanjutnya
, mewujudkan visi tsb., dengan empat perspektif penting , yaitu dalam MISI :
Persekutuan (koinonia), Pelayanan (Diakonia), Kesaksian (Marturia) dan Penatalayanan (Oikonomia).
”kamulah
bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan
Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatanperbuatanyang besar dari Dia
yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.” 1
Petrus 2:
LES
DIRGAHAYU
GKJ PURWOREJO
4 Februari 1900 – 2023
[1]
Penulis adalah Pendeta GKJ Purworejo sejak 4 Mei 1989. Tulisan ini merupakan Refleksi pribadi
dalam menghayati HUT GKJ Purworejo (4 Februari 1900 – 2023. Refleksi ini ku harap menjadi inspirasi bagi
panitia dan keluarga besar GKJ Purworejo.
[2] P.
Schaff, History of the Christian Church in The Middle Ages (Grand Rapid:
Eerdmans Publishing Company, 1949), 4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar